PESAWARAN | lensanews.id
Dewasa ini, kebebasan pers di sebuah negara tidak pernah lepas dari situasi dan kepentingan politik nasional di negara tersebut. Pun dengan kondisi pers ditingkat daerah baik provinsi maupun kabupaten atau kota terdampak dari suasana kebatinan penguasanya.
Ketika politik menjadi “panglima”, maka kebebasan pers cenderung dikendalikan rezim yang berkuasa. Dahulu, media massa seperti koran harian, mingguan, ataupun bulanan merupakan media penyampai berita pada masyarakat.
Sejak sebelum Indonesia merdeka, platform penyampai informasi ini sangat berguna ikut membakar semangat revolusi kemerdekaan. Setelah Indonesia merdeka, kaum pergerakan semakin bersemangat terhadap tumbuhnya media cetak pasca-kemerdekaan saat itu.
Rupanya, perputaran zaman terus bergerak aktif, jika dahulu pemberitaan dilakukan dengan media cetak radio dan televisi yang tenggat waktunya masih lama. Kini, hitungan detik setiap peristiwa dapat diketahui publik melalui media online serta kanal atau platform lainnya disebar dengan jaringan internet pada android yang selalu ada digenggaman tangan.
Terkadang, masyarakat sudah tidak harus melalui media massa apapun untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan. Cukup berselancar dihandphone androidnya guna memilih soal apa yang diinginkan, banyak beredar informasi yang tidak melewati proses jurnalistik meski kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Nah, kedepan pers dituntut harus lebih cepat dan tertata. Tentunya harus tetap patuh pada kaidah etika jurnalistik serta pengolahan informasinya disajikan dengan lengkap dan bertanggungjawab. Sehingga dapat menjadi rujukan publik dalam mendapatkan informasi.
Pers tidak berdiri sendiri, sebab pers tidak dapat hidup tanpa masyarakat, sehingga wajah pers sangat tergantung pada situasi sosial dan politiknya. Pers adalah institusi sosial atau lembaga masyarakat. Hubungan antara masyarakat sebagai audiens dan pers sebagai institusi saling membutuhkan. Pers memberitakan dan masyarakat mengonsumsi produk jurnalismenya.
Nadi pers ternyata juga masih bergantung dengan aliran dana dari pemerintah dan swasta yang berkepentingan. Namun, perlahan sekarang sudah mulai masuk pada pendapatan yang didapat melalui google sebagai salah satu perusahaan software yang ditumpangi. Nantinya, pers lebih independen ketika tidak lagi mengalir dana pemerintah dan swasta yang berkepentingan?
Jurnalis yang tergabung pada Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Pesawaran diharapkan mampu menjadi panutan dalam berperan aktif bagaimana menjaga kondusifitas daerah serta menjaga dan meminimalisir hoax ditengah masyarakat. Kritikan yang membangun dalam penulisan menjadi harapan pemerintah setempat ketika menjalankan roda kegiatannya. Dengan pengertian, kebebasan pers yang dilakukannya tetap juga harus yang bertanggungjawab.
Kebebasan pers selalu menjadi tantangan di negara manapun, baik di negara-negara barat maupun di Asia. Oleh karena itu, tidak ada pers yang sama sekali bebas karena selalu berada dalam sistem politik dan aturan rezim yang sedang berjalan pemerintahannya. Kebebasan pers yang kerap dianggap kebablasan ternyata belum tentu dapat disebut sebagai karya jurnalistik, pasalnya dilakukan dengan tidak bertanggungjawab. Kedepan, kita berharap kebebasan pers seperti apakah idealnya?
Gedong Tataan, 02 Maret 2024
Penulis : Sapto firmansis
Wartawan online pelitanusantara.co.id
Sekretaris PWI Kab. Pesawaran