BANYUASINPALEMBANGSUMATRA SELATAN

Kelapa Banyuasin Jadi Energi Masa Depan: Indonesia Siap Produksi Bioavtur Ramah Lingkungan untuk Dunia

27
×

Kelapa Banyuasin Jadi Energi Masa Depan: Indonesia Siap Produksi Bioavtur Ramah Lingkungan untuk Dunia

Sebarkan artikel ini

Lensa News | BANYUASIN, PALEMBANG – SUMATRA SELATAN 

Kabupaten Banyuasin bersiap menjadi pionir dalam revolusi energi hijau nasional. Melalui kolaborasi antara PT Green Power Palembang (GPP) dan IJB-Net Pusat (Indonesia Japan Business Network), kini tengah dikembangkan program bioavtur (Sustainable Aviation Fuel/SAF) yang menggunakan bahan baku dari kelapa non-standar.

Langkah ini menandai babak baru bagi Sumatera Selatan khususnya Banyuasin dalam kontribusinya terhadap energi terbarukan global, sekaligus menjadikan limbah kelapa bernilai tinggi sebagai bahan bakar pesawat masa depan.

Tim IJB-Net Pusat yang dipimpin Muhammad Budiman menjelaskan, proyek ini memanfaatkan kelapa non-standar atau reject yang selama ini tidak terpakai di industri pangan.

“Kelapa yang busuk, pecah, kecil, atau bertunas, yang biasanya dibuang justru menjadi emas hijau bagi kami. Dari sinilah kami kembangkan bahan baku bioavtur untuk pesawat terbang,” ujarnya.

Inovasi ini juga sejalan dengan regulasi International Civil Aviation Organization (ICAO) yang mendorong penggunaan bahan bakar ramah lingkungan tanpa mengganggu sektor pangan dunia.

“Ke depan, penerbangan internasional wajib menggunakan bioavtur. Ini peluang besar bagi Banyuasin untuk menjadi salah satu lumbung energi hijau dunia,” tambah Budiman.

Pabrik pengolahan tengah dibangun di Muara Sungsang, Banyuasin, dan akan mengolah Crude Coconut Oil (CCO) menjadi bioavtur yang sebagian besar akan diekspor ke Jepang.

“Target kebutuhan ke depan mencapai 500 ton kelapa non-standar per hari,” jelas Budiman.

Untuk memenuhi kapasitas tersebut, tim kini tengah melakukan survei intensif di berbagai titik pengumpulan kelapa di Banyuasin. Proses ini menjadi bagian dari validasi kesiapan bahan baku sebelum pabrik mulai beroperasi penuh pada tahun 2026.

Jika pasokan Banyuasin masih kurang, kami siap memperluas kerja sama ke wilayah lain di Sumatera Selatan, bahkan hingga Jambi dan Riau,” ungkapnya optimistis.

Pemerintah Kabupaten Banyuasin menyambut hangat langkah strategis ini. Dukungan hadir dari berbagai instansi, termasuk Dinas Perkebunan, PTSP, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, yang memfasilitasi kebutuhan regulasi dan perizinan.

“Kami sangat mengapresiasi dukungan Pemkab Banyuasin. Ini bukan hanya investasi energi, tetapi juga investasi masa depan Indonesia,” tutur Budiman.

Dengan proyek ini, Banyuasin tidak sekadar dikenal sebagai penghasil kelapa, tetapi juga sebagai pusat inovasi energi terbarukan yang memberi nilai tambah bagi petani, lingkungan, dan ekonomi daerah.

Budiman menegaskan, proyek bioavtur ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga tentang transformasi nilai dan keberlanjutan.

“Bayangkan, limbah kelapa yang dulunya tak bernilai kini bisa menggerakkan pesawat lintas benua. Dari Banyuasin untuk dunia—itulah semangat kami,” pungkasnya.

Dengan inovasi ini, Banyuasin menorehkan sejarah baru: dari kebun kelapa di tanah Sumatera, kini lahir energi yang akan mengangkat Indonesia ke peta energi hijau global. (Hari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *